
Cerita Legenda Gunung Lawu dan Asal Usulnya
Share your love
Cerita Legenda Gunung Lawu dan Asal Usulnya
Gunung Lawu bukan hanya tempat favorit para pendaki, tapi juga menyimpan banyak kisah legenda dan sejarah yang hidup hingga hari ini. Berdiri kokoh di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Gunung Lawu dikenal sebagai gunung yang sakral, penuh dengan nilai spiritual dan budaya. Banyak masyarakat Jawa percaya bahwa Lawu adalah gunung yang suci, tempat bersemayamnya raja terakhir Majapahit dan menjadi jalur spiritual bagi mereka yang mencari ketenangan batin.
Dalam artikel ini, kita akan membahas cerita legenda Gunung Lawu dan asal usulnya, lengkap dengan nilai budaya dan spiritual yang mengiringinya. Artikel ini cocok bagi kamu yang ingin tahu lebih dalam tentang sisi mistis dan budaya Gunung Lawu.
Asal Usul Nama Gunung Lawu
Dari “Wukir Mahendra” ke “Gunung Lawu”
Nama asli Gunung Lawu konon adalah Wukir Mahendra. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “Gunung Dewa Agung”. Dalam perkembangan waktu, seiring perubahan zaman dan dialek lokal, nama tersebut berubah menjadi Gunung Lawu.
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, Gunung Lawu dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir Prabu Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit, yang memilih mundur dari dunia fana dan menjadi makhluk spiritual.
Legenda Prabu Brawijaya dan Moksa di Gunung Lawu
Prabu Brawijaya dan Akhir Majapahit
Ketika Islam mulai berkembang dan masuk ke wilayah Jawa, Prabu Brawijaya memilih tidak ikut serta dalam peralihan kekuasaan ke Kesultanan Demak. Ia pun mengasingkan diri dan mendaki Gunung Lawu bersama pengikut setianya.
Konon, beliau kemudian moksa di puncak Gunung Lawu. Moksa adalah konsep dalam budaya Jawa dan Hindu-Buddha yang berarti melepas raga dan menyatu dengan alam semesta tanpa melalui kematian secara fisik.
Petilasan Hargo Dalem
Di jalur pendakian Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, terdapat tempat bernama Hargo Dalem, yang dipercaya sebagai lokasi petilasan (jejak spiritual) Prabu Brawijaya. Banyak pendaki dan peziarah yang berhenti di sini untuk bermeditasi dan berdoa.
Kisah Mistis di Jalur Pendakian Lawu
Pasar Setan dan Pasar Dieng
Di jalur pendakian via Cetho, ada tempat bernama Pasar Dieng. Mitos setempat menyebutkan bahwa tempat ini bisa berubah menjadi pasar gaib saat malam tertentu. Pendaki disarankan tidak menjawab sapaan atau ajakan jual beli yang terdengar dari tempat tersebut karena dipercaya berasal dari makhluk halus.
Penampakan dan Energi Mistis
Banyak pendaki mengaku melihat penampakan, mendengar suara gamelan, atau bau dupa di jalur pendakian malam hari. Baik dari jalur Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, maupun Cetho, kisah mistis selalu menjadi bagian dari pengalaman mendaki Lawu.
Tempat-Tempat Keramat di Gunung Lawu
Sendang Drajat
Sendang (mata air) ini dipercaya sebagai tempat mandi Prabu Brawijaya sebelum moksa. Airnya dianggap suci dan sering dibawa pulang oleh peziarah.
Pasar Dieng dan Candi Kembar
Selain Pasar Dieng, jalur Cetho juga memiliki Candi Kembar, area peninggalan spiritual yang dipercaya sebagai bagian dari jalur ritual zaman dahulu.
Hargo Dumilah
Puncak tertinggi Gunung Lawu ini diyakini sebagai tempat moksa terakhir. Banyak pendaki yang berdoa atau duduk hening saat tiba di sini sebagai bentuk penghormatan.
Nilai Spiritual dan Budaya Gunung Lawu
Gunung Lawu bukan hanya destinasi wisata alam, tapi juga tempat laku spiritual, terutama bagi masyarakat Jawa. Banyak orang melakukan semedi, ritual selamatan, atau sekadar menyendiri untuk mencari ketenangan batin.
Hari-Hari Sakral
Hari-hari tertentu seperti 1 Suro (Tahun Baru Jawa) dan malam Jumat Kliwon adalah waktu keramat di mana peziarah berdatangan untuk melakukan ritual.
Filosofi Pendakian
Pendakian Lawu seringkali dianggap sebagai perjalanan spiritual, bukan sekadar fisik. Jalur yang panjang, kabut tebal, dan kesunyian hutan mengajak pendaki untuk refleksi diri.
FAQ – Legenda dan Asal Usul Gunung Lawu
Q: Siapa Prabu Brawijaya?
A: Raja terakhir Kerajaan Majapahit yang konon moksa di Gunung Lawu.
Q: Apa itu moksa?
A: Konsep melepas tubuh fisik dan menyatu dengan alam semesta tanpa mengalami kematian secara biasa.
Q: Apa benar ada pasar setan di Gunung Lawu?
A: Menurut legenda, ya. Tapi ini lebih pada kepercayaan lokal dan pengalaman spiritual yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.
Q: Apakah Gunung Lawu masih digunakan untuk ritual?
A: Ya. Banyak masyarakat Jawa, termasuk spiritualis dan penganut kejawen, melakukan ritual di titik-titik tertentu.
Penutup
Gunung Lawu bukan sekadar tempat mendaki, tapi juga pusat spiritual dan legenda yang hidup dalam budaya Jawa. Dari kisah Prabu Brawijaya, tempat-tempat keramat, hingga mitos pasar setan, semua menjadi warna dalam perjalananmu menapaki gunung ini.
Mendaki Lawu adalah perjalanan luar biasa, bukan hanya fisik, tapi juga batin. Hormati setiap jejak, jaga sikap, dan bukalah hati untuk merasakan nuansa spiritual yang menyelimuti setiap langkah.
Kalau kamu ingin pendakian aman, tertata, dan tetap menghormati nilai budaya, gunakan jasa porter lokal gunung lawu seperti Jalak Lawu Backpacker yang sudah berpengalaman dalam mendampingi pendaki di jalur-jalur penuh makna ini.
Baca Juga:
- Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu
- Tips Merawat Peralatan Mendaki Setelah Turun dari Lawu
- Waktu Terbaik Mendaki Gunung Lawu: Musim & Cuaca
#LegendaGunungLawu #AsalUsulLawu #MitosGunungJawa #JalakLawuBackpacker #GunungSakral