Breaking News


Enter your email address below and subscribe to our newsletter
Dulu, naik gunung adalah soal mencari ketenangan, menantang diri, dan kembali ke alam. Tapi sekarang, ada satu tren yang menyusup ke antara kabut dan kabin: Gorpcore. Gaya berpakaian outdoor yang dulu hanya fungsional, kini berubah jadi fashion statement. Dari sepatu trail Salomon sampai jaket windbreaker warna neon, anak-anak muda tidak hanya mendaki untuk mencapai puncak mereka juga mendaki demi feed Instagram yang estetik.
Apa Itu Gaya Gorpcore?
Gorpcore adalah tren fashion yang menggabungkan elemen pakaian outdoor seperti jaket tahan angin, celana cargo, dan sepatu trail dengan estetika urban yang kasual. Istilah ini diambil dari akronim Good Ol’ Raisins and Peanuts, camilan khas para pendaki yang mencerminkan semangat simpel dan fungsional.
Tapi dalam konteks gaya, gorpcore adalah ketika kamu:
FOMO: Naik Gunung, Tapi Takut Tertinggal Gaya
Gorpcore tumbuh di era di mana eksistensi sosial diukur lewat konten. Tak sedikit pendaki muda merasa FOMO (Fear of Missing Out) bukan takut ketinggalan sunrise, tapi ketinggalan gaya.
Pendakian kini juga soal ekspresi, bukan hanya eksplorasi. Outfit disusun sepenuh hati, kamera siap merekam setiap langkah, dan puncak jadi panggung gaya. Dari bucket hat sampai jaket puffer, semua disiapkan bukan hanya untuk cuaca, tapi untuk kamera.
Naik Gunung, Tapi Tetap Fashionable?
Jawabannya: kenapa tidak?
Banyak pendaki generasi baru, terutama Gen Z dan milenial urban, melihat pendakian sebagai ritual sosial dan momen estetis. Naik gunung bukan sekadar menaklukkan alam, tapi juga menaklukkan algoritma karena momen golden hour di Pos 3 bisa jadi konten FYP esok pagi.
Contoh Gaya Gorpcore di Gunung:
Item | Fungsi | Gaya |
Jaket Windbreaker (The North Face, Patagonia) | Tahan angin | Warna neon, kontras buat foto |
Celana Cargo / Techwear | Saku banyak, ringan | Fit longgar yang vibe-nya urban |
Topi Bucket / Beanie | Lindungi kepala | Elemen streetwear |
Sepatu Trail (Salomon, Hoka, Merrell) | Grip dan kenyamanan | Jadi gaya anak kafe juga |
Gunung sebagai Runway Baru
Pendakian kini bukan cuma petualangan fisik, tapi juga petualangan estetika. Banyak anak muda yang:
Meski terlihat norak bagi pendaki senior, gaya ini punya narasi baru: generasi yang ingin terkoneksi dengan alam tanpa meninggalkan ekspresi diri.
Antara Estetika dan Etika
Gorpcore bisa jadi menyenangkan, tapi penting juga untuk mengingat batasannya:
Jangan sampai karena ingin kelihatan keren, kamu lupa bawa jas hujan atau headlamp. Ingat, fashion boleh, tapi nyawa jangan dipertaruhkan.
Kesimpulan
FOMO Gorpcore di gunung adalah cermin zaman. Gunung bukan hanya tempat menyepi, tapi juga tempat tampil. Di satu sisi, ini membuka akses generasi baru untuk mencintai alam. Tapi di sisi lain, ada risiko ketika fashion mengalahkan fungsi.
Buat sebagian orang, naik gunung adalah bentuk pencarian jati diri. Tapi buat generasi hari ini, mungkin itu juga tentang pencarian cahaya terbaik baik dari matahari terbit atau dari algoritma sosial media.
Pendaki sejati tahu: gaya terbaik bukan yang paling mahal, tapi yang paling menyatu dengan alam dan dirinya sendiri. Dan kadang, eksistensi paling otentik justru tak selalu muncul di media sosial.