Breaking News

Enter your email address below and subscribe to our newsletter
Gunung Lawu, yang menjulang setinggi 3.265 mdpl di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, bukan sekadar destinasi wisata alam atau tempat mendaki. Lebih dari itu, gunung ini menyimpan aura mistis dan nilai-nilai budaya yang dalam. Banyak orang menyebut Lawu sebagai “gunung spiritual”—tapi, sebenarnya mengapa Gunung Lawu disebut gunung spiritual? Artikel ini akan mengulasnya dari perspektif sejarah, budaya, hingga spiritualitas lokal.
Gunung Lawu bukan hanya saksi bisu zaman kerajaan, tapi juga tempat bertapanya raja, resi, dan peziarah dari masa ke masa. Tidak heran bila gunung ini dianggap sebagai tempat yang suci, penuh makna filosofis dan spiritual.
Banyak literatur dan cerita rakyat menyebutkan bahwa Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, mengasingkan diri dan moksa (menghilang secara spiritual) di Gunung Lawu. Beliau diyakini berubah menjadi “Sunan Lawu”, sosok penjaga gaib gunung tersebut.
Di jalur pendakian sisi barat, terdapat Candi Sukuh dan Candi Cetho—candi Hindu yang diyakini dibangun menjelang runtuhnya Majapahit.
Dalam kepercayaan Kejawen, Gunung Lawu adalah tempat yang sakral, “gunung tua” yang menjadi pusat energi spiritual Jawa.
Setiap tahunnya, ribuan orang berziarah ke Lawu, bukan untuk mendaki biasa, tapi untuk ngalap berkah. Mereka membawa bunga, sesaji, bahkan tinggal beberapa hari untuk ritual.
Tidak sedikit pendaki yang mengalami kejadian janggal:
Cerita ini berkembang dari mulut ke mulut dan membentuk narasi spiritual di kalangan masyarakat dan pendaki.
Para pendaki sering diingatkan untuk:
Pantangan ini bukan sekadar mitos, tapi bagian dari penghormatan terhadap tempat yang dianggap suci.
Meskipun kamu bukan pelaku spiritual, penting untuk menghargai budaya lokal saat mendaki.
Menurut kepercayaan lokal, ya. Tapi belum ada bukti arkeologis yang menguatkan secara akademik.
Secara umum, jalur Cetho dianggap paling kental unsur spiritualnya karena melewati situs-situs kuno. Tapi semua jalur tetap harus dihormati.
Tenang, jangan panik. Fokus pada doa atau dzikir. Jika perlu, turun ke pos terdekat dan minta bantuan.
Tentu. Banyak pelaku kejawen, Hindu, dan praktisi spiritual melakukan pendakian khusus dengan ritual dan tirakat.
Mengapa Gunung Lawu disebut gunung spiritual? Karena gunung ini menyimpan nilai historis, simbolisme budaya, dan energi yang diyakini sakral oleh banyak kalangan. Ia adalah tempat bertemunya alam dan batin, antara dunia fisik dan metafisik.
Sebagai pendaki, penting untuk memahami bahwa kita bukan hanya menapaki jalur, tapi juga menapaki jejak sejarah dan warisan leluhur. Pendakian ke Gunung Lawu bisa menjadi pengalaman yang lebih dalam jika kita membuka diri pada nilai-nilai yang diwariskan oleh mereka yang lebih dulu mendaki dalam diam dan doa.
Gabung dalam paket Lawu Spiritual Journey bersama Jalak Lawu Backpacker:
Cek jadwal dan info lengkap di tautan ini atau baca juga artikel kami lainnya: