Breaking News


Enter your email address below and subscribe to our newsletter
Gunung Lawu selalu punya cerita. Dari mitos keramat hingga panorama yang menakjubkan, pendakian Gunung Lawu adalah pengalaman yang penuh rasa. Tapi ada satu bagian yang selalu bikin penasaran para pendaki, terutama pemula: Tanjakan Cinta Gunung Lawu. Apakah ini sekadar nama romantis, atau justru ujian berat sebelum mencapai puncak? Yuk, kita bahas tuntas!
Tanjakan Cinta Gunung Lawu adalah sebuah jalur menanjak yang terletak di rute pendakian via Cemoro Sewu, salah satu jalur favorit ke puncak Lawu. Meskipun terdengar manis, tanjakan ini sering menjadi titik krusial yang menguji mental dan fisik para pendaki, terutama yang baru pertama kali naik gunung.
Tanjakan Cinta berada tidak jauh dari Pos 2 di jalur Cemoro Sewu. Ciri khasnya adalah kemiringan curam yang konstan, jalur sempit berbatu, dan nuansa mistis yang kadang terasa kental, apalagi kalau pendakian dilakukan malam hari.
Beberapa pendaki mengatakan, tanjakan ini seperti ujian pertama sebelum benar-benar menikmati keindahan Gunung Lawu. Banyak juga yang bilang, kalau kamu bisa melewati tanjakan ini tanpa mengeluh atau berhenti, konon hubungan cintamu akan langgeng. Percaya nggak percaya, sih!
Banyak versi soal asal nama Tanjakan Cinta. Salah satu yang paling populer adalah kisah dua sejoli yang mendaki bersama. Saat melewati tanjakan ini, sang pria berjalan cepat dan meninggalkan pasangannya di belakang. Akibatnya, hubungan mereka kandas setelah turun gunung. Sejak saat itu, muncul “aturan tidak tertulis”: jika ingin hubungan langgeng, jangan saling meninggalkan di Tanjakan Cinta.
Nama “Tanjakan Cinta” sebenarnya tidak asing di dunia pendakian. Gunung Semeru juga punya tanjakan dengan nama serupa. Bisa jadi, pendaki-pendaki yang akrab dengan cerita Semeru mulai menyebut tanjakan di Lawu dengan istilah sama karena kemiripan karakteristik dan “efeknya” terhadap hubungan percintaan. Lama-lama, nama ini melekat secara turun-temurun.
Secara teknis, tanjakan ini bukanlah yang paling sulit di Gunung Lawu. Tapi karena datang lebih awal dalam pendakian (antara Pos 1 dan Pos 2), tanjakan ini sering kali terasa berat, terutama bagi pendaki pemula yang belum adaptasi dengan beban carrier atau cuaca dingin.
Jika kamu belum melakukan pemanasan yang cukup, Tanjakan Cinta bisa membuat nafas ngos-ngosan dan lutut gemetar. Itulah kenapa banyak yang bilang ini adalah “ujian awal” dari Lawu.
Bagi sebagian orang, Gunung Lawu bukan sekadar gunung. Ini adalah tempat yang sakral dan penuh makna spiritual. Di titik seperti Tanjakan Cinta, pendaki sering merasa diuji—bukan hanya kekuatan fisik, tapi juga kesabaran, niat, dan keharmonisan dalam kelompok.
Pendakian dengan pasangan atau teman dekat bisa berubah jadi ‘drama’ kecil saat melewati tanjakan ini. Yang satu capek, yang lain pengen cepat. Di sinilah ujian komunikasi dan toleransi terjadi.
Kalau kamu berencana mendaki Gunung Lawu, terutama via Cemoro Sewu, berikut tips melewati Tanjakan Cinta agar tetap aman dan nyaman:
Luangkan waktu 5-10 menit untuk stretching ringan di basecamp sebelum mulai jalan. Ini penting untuk mengurangi risiko kram atau cedera otot saat tanjakan awal.
Saat tanjakan mulai terasa berat, fokuslah pada ritme napas. Jangan buru-buru. Langkah pendek dan stabil jauh lebih baik daripada dipaksakan cepat.
Pastikan carrier kamu tidak kelebihan beban. Banyak pendaki pemula terlalu banyak membawa barang yang tidak perlu, padahal justru menyiksa diri sendiri.
Kalau kamu mendaki bersama pasangan atau teman dekat, pastikan tidak saling meninggalkan. Ini bukan cuma soal mitos, tapi juga etika pendakian yang baik.
Manfaatkan pos sebelumnya untuk minum, ngemil, dan istirahat ringan sebelum menghadapi tanjakan ini.
Tidak. Tanjakan Cinta hanya dikenal di jalur pendakian via Cemoro Sewu. Jalur lain seperti Cemoro Kandang atau Candi Cetho memiliki medan dan karakteristik berbeda.
Biasanya tidak ada papan resmi, tapi pendaki lokal atau porter sering menunjukkannya. Beberapa trip organizer mungkin juga memberikan briefing soal titik ini.
Ya, tapi tetap harus disiapkan dengan fisik dan mental. Pemula masih bisa menikmati pendakian asal tidak tergesa-gesa.
Itu tergantung kepercayaan masing-masing. Tapi sebagai pengalaman, tanjakan ini memang bisa jadi “tes kecil” buat hubungan, terutama soal komunikasi dan pengertian.
Tanjakan Cinta Gunung Lawu mungkin hanyalah satu dari banyak bagian menarik dalam perjalananmu menuju puncak. Tapi ia menyimpan kombinasi antara keindahan alam, ujian pendakian, dan cerita mistis yang tak terlupakan.
Kalau kamu ingin merasakan sendiri pengalaman ini, yuk gabung dalam trip pendakian bersama Jalak Lawu Backpacker! Kami siap menemani perjalananmu dengan aman, nyaman, dan tentunya penuh cerita.