Breaking News

Enter your email address below and subscribe to our newsletter
Musim kemarau sering dianggap waktu yang ideal untuk mendaki. Langit cerah, jalur kering, dan pemandangan lebih terbuka. Tapi, jangan salah pendakian Gunung Lawu saat musim kemarau justru butuh persiapan ekstra. Pasalnya, cuaca yang panas di siang hari dan sangat dingin di malam hari bisa jadi tantangan tersendiri, terutama bagi pendaki pemula.
Kalau kamu berencana naik Gunung Lawu dalam waktu dekat, yuk simak panduan lengkap dan santai ini. Kita bahas apa saja yang perlu disiapkan, risiko yang harus dihindari, dan tips biar pendakianmu tetap aman dan nyaman.
Musim kemarau, yang biasanya berlangsung antara Mei hingga September, dianggap sebagai musim terbaik untuk mendaki Gunung Lawu. Alasannya sederhana: minim hujan dan jalur tidak licin.
Namun, di balik keuntungan itu, ada risiko-risiko khas musim kemarau yang perlu kamu antisipasi.
Meskipun kelihatannya lebih aman, musim kemarau tetap punya tantangan tersendiri. Terutama jika kamu belum terbiasa dengan kondisi ekstrem di gunung.
Suhu siang hari bisa mencapai 30°C di basecamp, tapi saat malam di atas 2500 mdpl, suhu bisa turun drastis hingga 5°C bahkan kurang.
Udara kering dan keringat yang cepat menguap bikin kamu tidak merasa haus, padahal tubuh terus kehilangan cairan.
Musim kemarau meningkatkan risiko kebakaran, terutama kalau pendaki ceroboh menyalakan api unggun atau membuang puntung rokok sembarangan.
Beberapa sumber air di jalur pendakian bisa mengering. Kalau tidak antisipasi, kamu bisa kehabisan bekal air sebelum sampai puncak.
Minimal bawa 2–3 liter air per orang, terutama jika jalur yang kamu pilih jarang ada mata air seperti Cemoro Kandang atau Cetho.
Pakai pakaian yang menyerap keringat dan tetap hangat. Kombinasi dry-fit + jaket windproof sangat dianjurkan. Jangan lupa kupluk dan sarung tangan untuk malam hari.
Sinar matahari di ketinggian lebih menyengat. Melindungi kulit dan mata itu penting, bukan cuma soal estetika tapi juga kesehatan.
Musim kemarau sering bikin jalur berdebu. Buff atau masker bisa bantu melindungi saluran pernapasan, apalagi kalau ada kebakaran kecil di sekitar jalur.
Kalau memang harus memasak, gunakan kompor portable dengan pengamanan maksimal. Jangan nyalakan api unggun sembarangan, apalagi dekat vegetasi kering.
Jalur paling populer dan cukup cepat menuju puncak. Tapi karena ramai, potensi debu dan jalur padat cukup tinggi.
Lebih landai dan banyak vegetasi. Cocok untuk kamu yang ingin trekking santai. Tapi perhatikan ketersediaan air.
Jalur terpanjang tapi paling sepi. Cocok untuk kamu yang ingin petualangan dan spiritualitas sekaligus. Siapkan logistik ekstra karena minim sumber air.
Tidak. Justru musim kemarau adalah high season. Tapi beberapa jalur bisa ditutup sementara jika terjadi kebakaran hutan atau gangguan cuaca ekstrem.
Sangat tidak disarankan. Beberapa basecamp bahkan melarang keras api terbuka di musim kemarau. Gunakan kompor saja.
Tidak selalu. Beberapa pos mungkin masih punya sumber air (seperti Sendang Drajat), tapi tidak bisa dijamin. Bawa bekal air sendiri adalah pilihan terbaik.
Secara umum, ya. Tapi tetap harus mempersiapkan stamina, peralatan, dan perlindungan terhadap cuaca ekstrem dengan baik.
Pendakian Gunung Lawu saat musim kemarau adalah pilihan yang tepat jika kamu ingin pengalaman mendaki yang lebih kering, cerah, dan minim hujan. Tapi jangan sampai lengah. Cuaca cerah bukan berarti tanpa risiko.
Dengan persiapan ekstra yang sesuai, kamu bisa menikmati panorama Gunung Lawu dengan tenang dari kabut tipis pagi hari, angin sejuk di puncak, hingga sunset yang memesona.
Kalau kamu ingin perjalanan tanpa repot dan sudah di-handle oleh tim berpengalaman, yuk gabung dalam trip bareng Jalak Lawu Backpacker! Kami siap mendampingimu dari awal sampai turun gunung, lengkap dengan perlengkapan dan briefing keselamatan.