
Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya
Share your love
Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya
Ketika berbicara tentang pendakian gunung, kebanyakan orang langsung terbayang keindahan panorama, hawa sejuk, dan tantangan fisik yang menanti. Namun, di balik jalur pendakian dan kabut pegunungan, ada sisi lain yang jarang dibahas: tradisi spiritual dan budaya masyarakat lokal. Salah satunya adalah Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya.
Tradisi ini bukan sekadar ritual adat, melainkan sebuah bentuk penghormatan manusia terhadap alam, leluhur, dan Sang Pencipta. Jika kamu penasaran bagaimana hubungan antara gunung, budaya, dan filosofi hidup orang Jawa, maka mari kita kupas lebih dalam tradisi yang sarat makna ini.
Apa Itu Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya?
Tradisi Larung Sesaji adalah ritual adat yang dilakukan masyarakat Jawa untuk mempersembahkan sesaji berupa hasil bumi, makanan, atau simbol tertentu ke alam, khususnya ke puncak gunung, sungai, atau laut.
Dalam konteks gunung di Jawa Tengah, tradisi ini masih sering dijalankan, terutama di gunung-gunung yang dianggap sakral seperti:
- Gunung Merapi (dengan upacara Labuhan)
- Gunung Sumbing dan Sindoro
- Gunung Merbabu
- Gunung Lawu (meski sebagian masuk Jawa Timur, tradisi budayanya kuat di perbatasan Jawa Tengah)
Makna Filosofis Larung Sesaji
Larung sesaji bukan sekadar “memberi makan” roh penjaga gunung. Lebih dari itu, ada filosofi yang mendalam:
- Rasa Syukur – Sesaji melambangkan ucapan terima kasih atas rezeki berupa hasil bumi, air, dan kesuburan tanah.
- Harmoni dengan Alam – Orang Jawa percaya manusia hanyalah bagian kecil dari kosmos. Hidup harus selaras dengan alam, bukan merusaknya.
- Doa dan Permohonan – Larung sesaji adalah media berdoa untuk keselamatan, kesuburan lahan, dan terhindar dari bencana.
- Menghormati Leluhur – Sesaji juga dianggap bentuk penghormatan pada leluhur yang diyakini menjaga wilayah gunung.
Sejarah Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah
Jejak Sejarah
Tradisi ini berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme pada masyarakat Jawa kuno. Gunung dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh leluhur dan dewa. Ketika Hindu-Buddha masuk, gunung tetap dilihat sebagai pusat spiritual (mandala).
Saat Islam datang, tradisi ini tidak hilang, melainkan berakulturasi. Simbol-simbol Hindu-Jawa dipadukan dengan doa-doa Islam. Itulah mengapa hingga kini, tradisi larung sesaji tetap lestari meski mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama Islam.
Gunung sebagai Pusat Spiritualitas
- Gunung Merapi → Labuhan Keraton Yogyakarta, persembahan sesaji untuk menjaga harmoni antara keraton, rakyat, dan alam.
- Gunung Sumbing & Sindoro → Upacara larung sesaji untuk kesuburan tanah pertanian.
- Gunung Lawu → Larung sesaji di Hargo Dalem sebagai penghormatan pada tokoh Prabu Brawijaya V.
Jenis Sesaji dalam Tradisi Larung Sesaji
1. Hasil Bumi
Seperti padi, sayuran, buah-buahan, dan umbi. Ini melambangkan kemakmuran.
2. Tumpeng
Nasi berbentuk kerucut yang melambangkan gunung dan doa kepada Yang Maha Kuasa.
3. Hewan Kurban
Kadang berupa ayam atau kambing, sebagai simbol pengorbanan.
4. Kembang dan Dupa
Melambangkan doa dan harapan agar sesaji diterima oleh alam dan leluhur.
Filosofi di Balik Tradisi Larung Sesaji
- Gunung sebagai Titik Keseimbangan
Gunung dianggap sebagai penghubung langit dan bumi. Dengan melarung sesaji di gunung, manusia berusaha menjaga keseimbangan itu. - Simbol Gotong Royong
Tradisi ini biasanya dilakukan secara bersama-sama, mencerminkan nilai kebersamaan masyarakat Jawa. - Menjaga Lingkungan
Sesaji bukan sekadar ritual, tetapi juga pengingat agar manusia tidak serakah merusak hutan, tanah, dan sumber air.
Tips Praktis Jika Ingin Menyaksikan Tradisi Larung Sesaji
Kalau kamu tertarik menyaksikan langsung, berikut checklist yang bisa kamu ikuti:
- 📅 Cari Jadwal: Tradisi ini biasanya dilakukan pada bulan Suro (penanggalan Jawa) atau hari-hari tertentu.
- 📍 Lokasi: Cek gunung yang kamu tuju, apakah punya agenda larung sesaji. Misalnya Gunung Merapi dengan Labuhan Merapi.
- 🙏 Hormati Adat: Jangan mengganggu prosesi, ikuti aturan lokal.
- 📷 Etika Dokumentasi: Kalau mau foto atau video, pastikan minta izin panitia atau warga.
- 🥾 Persiapan Fisik: Beberapa prosesi dilakukan di puncak gunung, jadi butuh stamina yang baik.
FAQ seputar Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya
1. Apakah larung sesaji bertentangan dengan agama?
Tidak. Larung sesaji adalah tradisi budaya. Bagi masyarakat Jawa, ini bentuk rasa syukur, bukan penyembahan pada selain Tuhan.
2. Apakah semua gunung di Jawa Tengah punya tradisi larung sesaji?
Tidak semua, tapi gunung besar seperti Merapi, Sumbing, dan Lawu biasanya punya tradisi ini.
3. Bisa ikut serta dalam larung sesaji?
Ya, beberapa tradisi terbuka untuk umum. Namun sebaiknya tetap menjaga sopan santun.
4. Apakah tradisi ini masih relevan di era modern?
Sangat relevan. Selain menjaga budaya, tradisi ini juga jadi pengingat untuk hidup selaras dengan alam.
Kalau kamu ingin mengenal lebih banyak tentang budaya pendakian dan spiritualitas gunung di Jawa, atau bahkan ikut trip khusus untuk menyaksikan tradisi larung sesaji, Jalak Lawu Backpacker siap menemani perjalananmu.
Baca juga artikel lain kami
- Apakah Mendaki Gunung Termasuk Wisata Berkelanjutan? Simak Jawaban Lengkapnya di Sini!
- 7 Tips Mendaki Gunung Lawu: Ringan di Kaki,Bersama Porter Lokal
- Gunung sebagai Situs Spiritual di Jawa: Dari Merapi sampai Lawu
#LarungSesaji #BudayaJawa #PendakianGunung #GunungJawaTengah #TradisiJawa #JalakLawuBackpacker