Site icon jalaklawubackpacker.com

Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya

Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya

Ketika berbicara tentang pendakian gunung, kebanyakan orang langsung terbayang keindahan panorama, hawa sejuk, dan tantangan fisik yang menanti. Namun, di balik jalur pendakian dan kabut pegunungan, ada sisi lain yang jarang dibahas: tradisi spiritual dan budaya masyarakat lokal. Salah satunya adalah Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya.

Tradisi ini bukan sekadar ritual adat, melainkan sebuah bentuk penghormatan manusia terhadap alam, leluhur, dan Sang Pencipta. Jika kamu penasaran bagaimana hubungan antara gunung, budaya, dan filosofi hidup orang Jawa, maka mari kita kupas lebih dalam tradisi yang sarat makna ini.


Apa Itu Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya?

Tradisi Larung Sesaji adalah ritual adat yang dilakukan masyarakat Jawa untuk mempersembahkan sesaji berupa hasil bumi, makanan, atau simbol tertentu ke alam, khususnya ke puncak gunung, sungai, atau laut.

Dalam konteks gunung di Jawa Tengah, tradisi ini masih sering dijalankan, terutama di gunung-gunung yang dianggap sakral seperti:

Makna Filosofis Larung Sesaji

Larung sesaji bukan sekadar “memberi makan” roh penjaga gunung. Lebih dari itu, ada filosofi yang mendalam:

  1. Rasa Syukur – Sesaji melambangkan ucapan terima kasih atas rezeki berupa hasil bumi, air, dan kesuburan tanah.
  2. Harmoni dengan Alam – Orang Jawa percaya manusia hanyalah bagian kecil dari kosmos. Hidup harus selaras dengan alam, bukan merusaknya.
  3. Doa dan Permohonan – Larung sesaji adalah media berdoa untuk keselamatan, kesuburan lahan, dan terhindar dari bencana.
  4. Menghormati Leluhur – Sesaji juga dianggap bentuk penghormatan pada leluhur yang diyakini menjaga wilayah gunung.

Sejarah Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah

Jejak Sejarah

Tradisi ini berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme pada masyarakat Jawa kuno. Gunung dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh leluhur dan dewa. Ketika Hindu-Buddha masuk, gunung tetap dilihat sebagai pusat spiritual (mandala).

Saat Islam datang, tradisi ini tidak hilang, melainkan berakulturasi. Simbol-simbol Hindu-Jawa dipadukan dengan doa-doa Islam. Itulah mengapa hingga kini, tradisi larung sesaji tetap lestari meski mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama Islam.

Gunung sebagai Pusat Spiritualitas


Jenis Sesaji dalam Tradisi Larung Sesaji

1. Hasil Bumi

Seperti padi, sayuran, buah-buahan, dan umbi. Ini melambangkan kemakmuran.

2. Tumpeng

Nasi berbentuk kerucut yang melambangkan gunung dan doa kepada Yang Maha Kuasa.

3. Hewan Kurban

Kadang berupa ayam atau kambing, sebagai simbol pengorbanan.

4. Kembang dan Dupa

Melambangkan doa dan harapan agar sesaji diterima oleh alam dan leluhur.


Filosofi di Balik Tradisi Larung Sesaji

  1. Gunung sebagai Titik Keseimbangan
    Gunung dianggap sebagai penghubung langit dan bumi. Dengan melarung sesaji di gunung, manusia berusaha menjaga keseimbangan itu.
  2. Simbol Gotong Royong
    Tradisi ini biasanya dilakukan secara bersama-sama, mencerminkan nilai kebersamaan masyarakat Jawa.
  3. Menjaga Lingkungan
    Sesaji bukan sekadar ritual, tetapi juga pengingat agar manusia tidak serakah merusak hutan, tanah, dan sumber air.

Tips Praktis Jika Ingin Menyaksikan Tradisi Larung Sesaji

Kalau kamu tertarik menyaksikan langsung, berikut checklist yang bisa kamu ikuti:


FAQ seputar Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya

1. Apakah larung sesaji bertentangan dengan agama?
Tidak. Larung sesaji adalah tradisi budaya. Bagi masyarakat Jawa, ini bentuk rasa syukur, bukan penyembahan pada selain Tuhan.

2. Apakah semua gunung di Jawa Tengah punya tradisi larung sesaji?
Tidak semua, tapi gunung besar seperti Merapi, Sumbing, dan Lawu biasanya punya tradisi ini.

3. Bisa ikut serta dalam larung sesaji?
Ya, beberapa tradisi terbuka untuk umum. Namun sebaiknya tetap menjaga sopan santun.

4. Apakah tradisi ini masih relevan di era modern?
Sangat relevan. Selain menjaga budaya, tradisi ini juga jadi pengingat untuk hidup selaras dengan alam.


Kalau kamu ingin mengenal lebih banyak tentang budaya pendakian dan spiritualitas gunung di Jawa, atau bahkan ikut trip khusus untuk menyaksikan tradisi larung sesaji, Jalak Lawu Backpacker siap menemani perjalananmu.

Baca juga artikel lain kami


#LarungSesaji #BudayaJawa #PendakianGunung #GunungJawaTengah #TradisiJawa #JalakLawuBackpacker

Exit mobile version