Breaking News

Enter your email address below and subscribe to our newsletter
Ketika berbicara tentang pendakian gunung, kebanyakan orang langsung terbayang keindahan panorama, hawa sejuk, dan tantangan fisik yang menanti. Namun, di balik jalur pendakian dan kabut pegunungan, ada sisi lain yang jarang dibahas: tradisi spiritual dan budaya masyarakat lokal. Salah satunya adalah Tradisi Larung Sesaji di Gunung Jawa Tengah dan Filosofinya.
Tradisi ini bukan sekadar ritual adat, melainkan sebuah bentuk penghormatan manusia terhadap alam, leluhur, dan Sang Pencipta. Jika kamu penasaran bagaimana hubungan antara gunung, budaya, dan filosofi hidup orang Jawa, maka mari kita kupas lebih dalam tradisi yang sarat makna ini.
Tradisi Larung Sesaji adalah ritual adat yang dilakukan masyarakat Jawa untuk mempersembahkan sesaji berupa hasil bumi, makanan, atau simbol tertentu ke alam, khususnya ke puncak gunung, sungai, atau laut.
Dalam konteks gunung di Jawa Tengah, tradisi ini masih sering dijalankan, terutama di gunung-gunung yang dianggap sakral seperti:
Larung sesaji bukan sekadar “memberi makan” roh penjaga gunung. Lebih dari itu, ada filosofi yang mendalam:
Tradisi ini berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme pada masyarakat Jawa kuno. Gunung dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh leluhur dan dewa. Ketika Hindu-Buddha masuk, gunung tetap dilihat sebagai pusat spiritual (mandala).
Saat Islam datang, tradisi ini tidak hilang, melainkan berakulturasi. Simbol-simbol Hindu-Jawa dipadukan dengan doa-doa Islam. Itulah mengapa hingga kini, tradisi larung sesaji tetap lestari meski mayoritas masyarakat Jawa Tengah beragama Islam.
Seperti padi, sayuran, buah-buahan, dan umbi. Ini melambangkan kemakmuran.
Nasi berbentuk kerucut yang melambangkan gunung dan doa kepada Yang Maha Kuasa.
Kadang berupa ayam atau kambing, sebagai simbol pengorbanan.
Melambangkan doa dan harapan agar sesaji diterima oleh alam dan leluhur.
Kalau kamu tertarik menyaksikan langsung, berikut checklist yang bisa kamu ikuti:
1. Apakah larung sesaji bertentangan dengan agama?
Tidak. Larung sesaji adalah tradisi budaya. Bagi masyarakat Jawa, ini bentuk rasa syukur, bukan penyembahan pada selain Tuhan.
2. Apakah semua gunung di Jawa Tengah punya tradisi larung sesaji?
Tidak semua, tapi gunung besar seperti Merapi, Sumbing, dan Lawu biasanya punya tradisi ini.
3. Bisa ikut serta dalam larung sesaji?
Ya, beberapa tradisi terbuka untuk umum. Namun sebaiknya tetap menjaga sopan santun.
4. Apakah tradisi ini masih relevan di era modern?
Sangat relevan. Selain menjaga budaya, tradisi ini juga jadi pengingat untuk hidup selaras dengan alam.
Kalau kamu ingin mengenal lebih banyak tentang budaya pendakian dan spiritualitas gunung di Jawa, atau bahkan ikut trip khusus untuk menyaksikan tradisi larung sesaji, Jalak Lawu Backpacker siap menemani perjalananmu.
Baca juga artikel lain kami
#LarungSesaji #BudayaJawa #PendakianGunung #GunungJawaTengah #TradisiJawa #JalakLawuBackpacker